OTENTIK NEWS OFFICIAL : AKTUAL BERIMBANG DAN TERPERCAYA
| Amih Tuti Dukung Tiga Program Warga Sukarame - 23 September, 2024
| ORARI Gandeng BASARNAS Gelar Diksar EMCOMM dan MFR - 19 September, 2024
| Akibat Gempa Berkekuatan 5 SR, Sejumlah Bangunan di Garut Mengalai Rusak Berat - 18 September, 2024
| Posisi Yasonna Laoly Diganti Supratman Andi Agtas, ini Profilnya - 19 August, 2024
| Maju Pilkada Kuningan 2024, Amih Tuti Ziarah Ke Alm H Acep Purnama dan Tokoh Sesepuh Kuningan - 17 August, 2024

Asia Pacific Regional Conference (APRC) Ministerial Meeting ke-37: Indonesia Tekankan Pentingnya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi untuk mencapai SDGs 2 “Zero Hunger”

Otentik NewsID, Kolombo - Menjadi salah satu delegasi Republik Indonesia (RI) yang hadir dalam Asia Pacific Regional Conference (APRC) Ministerial Meeting (MM) ke-37 yang diselenggarakan di Kolombo, Sri Lanka pada tanggal 19 s.d. 22 Febuari 2024, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi penyelamatan pangan (saving food, saving water) dan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Upaya tersebut diantaranya dilakukan melalui Science, Technology and Innovation (STI) untuk mencapai SDGs 2: zero hunger, memperjuangkan modernisasi dan digitalisasi akuakultur dan peternakan, serta pertanian presisi untuk transformasi sistem pertanian pangan di kawasan Asia-Pasifik. 

“Untuk mengantisipasi penyelamatan pangan, dapat kita lakukan dengan pengurangan food losses dan food waste. Untuk mengatasi masalah kritis ini, Indonesia telah mengidentifikasi arah kebijakan utama, antara lain mempromosikan perubahan perilaku, meningkatkan sistem pendukung, memperkuat peraturan penyelamatan pangan, mengoptimalkan pendanaan, memanfaatkan kehilangan dan limbah pangan, serta mengembangkan studi komprehensif dan pengumpulan data kehilangan dan limbah pangan. Termasuk pemanfaatan teknologi digital untuk program Digital Village Initiative,” tutur Deputi Dida.

Sejak peluncuran Digital Village Initiative (DVI) Knowledge Platform pada tahun 2022, Indonesia terus mendukung implementasi inisiatif ini sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan memberikan dukungan teknis untuk inovasi digital.

Deputi Dida juga menyampaikan secara singkat beberapa pelajaran yang diperoleh dari implementasi DVI, antara lain yaitu keterlibatan masyarakat sangat penting dalam inovasi untuk memastikan inklusivitas, keberlanjutan, dan dampak nyata pada masyarakat, serta akses fisik terhadap infrastruktur dan literasi digital masyarakat harus ditingkatkan untuk mencapai inklusi digital yang lengkap.

Sebagai informasi, Konferensi Regional Asia Pasifik FAO (APRC) merupakan forum resmi yang dihadiri para Menteri dan pejabat tinggi negara-negara anggota FAO untuk berdiskusi dan menguraikan permasalahan pangan di kawasan Asia Pasifik serta membangun kerja sama untuk penguatan prioritas dan solusi terkait pangan dan pertanian.

Dalam kesempatan tersebut, ketua delegasi RI, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko menyampaikan bahwa Indonesia memainkan peran strategis dalam mendorong transformasi sistem pangan dan pertanian di kawasan Asia Pasifik. Hal ini terlihat dari bagaimana Indonesia diminta menjadi pembicara dalam 7 sesi dari total 10 sesi pada pertemuan tersebut. Ketua Delri juga menyampaikan gagasan regenerasi petani sebagai solusi untuk membangun ketahanan pangan di kawasan.

“Indonesia berbagi pembelajaran dan mendorong solusi-solusi baru untuk membangun ketahanan pangan bersama. Diantaranya, kita usulkan pembentukan pusat pelatihan regenerasi petani kawasan Asia Pasifik di Indonesia,” jelas Moeldoko pada agenda utama APRC di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (21/2).

Pada kesempatan yang sama, Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto turut membahas mengenai Prioritas Nasional dan Regional serta komitmen Indonesia dalam mendorong percepatan sistem pangan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan dan upaya pemenuhan ketersediaan pangan bagi 278 juta rakyat Indonesia. Untuk penanganan jangka pendek dampak krisis, Pemerintah memprioritaskan penyediaan safety net program bagi vulnerable communities, terutama petani skala kecil dan nelayan.

Dalam dua tahun terakhir sejak pandemi, kondisi pangan kawasan Asia-Pasifik mengalami kemunduran dalam upaya memerangi kelaparan. Maka sangatlah penting untuk melakukan transformasi sistem pangan di kawasan ini agar menjadi lebih efisien, inklusif, berketahanan, dan berkelanjutan. Di sela-sela pertemuan, Delegasi Indonesia juga melakukan serangkaian pertemuan bilateral yang strategis, untuk mendorong penguatan kerjasama regional, diantaranya bersama dengan Asia Pacific Director General FAO, Chairperson Komite Ketahanan Pangan Dunia (CFS), serta perwakilan Afrika Selatan dan Vietnam.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut secara luring yakni perwakilan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, KBRI Sri Lanka, serta FAO representatif Indonesia. Adapun Delegasi RI yang turut hadir secara hadir secara daring antara lain perwakilan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pangan Nasional, dan KBRI Roma. (Ris/dep2/dlt/fsr)